Jakarta, ReportaseDaily,– Anggota Badan Anggaran DPR RI, Iskan Qolba Lubis, mempertanyakan rendahnya realisasi anggaran pendidikan dalam laporan pengawasan BPK untuk APBN 2023. Laporan tersebut mengindikasikan bahwa hanya 16 persen dari total anggaran yang telah direncanakan yang berhasil direalisasikan. Menyikapi hal ini, Iskan meminta kepada pimpinan DPR untuk segera mengirimkan surat resmi kepada Kementerian terkait, mengingat pentingnya isu pendidikan bagi masa depan generasi muda.
“Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak kita, yang kita harapkan dapat menjadi generasi unggul di masa depan,” ujarnya dalam Rapat Paripurna DPR RI Ke-4 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2024-2025 yang berlangsung di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, pada Selasa, 27 Agustus 2024 dikutip dari dpr.go.id.
Ia menambahkan bahwa terdapat 111 triliun rupiah dari anggaran yang seharusnya bisa mendukung pendidikan, termasuk beasiswa bagi mahasiswa di seluruh Indonesia, tetapi tidak teralokasikan. Iskan menekankan pentingnya pencarian solusi untuk masalah ini, karena laporan dari BPK menunjukkan adanya masalah dalam realisasi anggaran pendidikan tahun 2023.
“Saya minta kepada pimpinan DPR untuk menanggapi isu ini dengan serius. Anggaran sebesar 111 triliun itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai program pendidikan. Mengapa anggaran sebesar itu tidak dapat diserap? Ini adalah pertanyaan penting yang harus kita jawab,” tegasnya.
Politisi dari Fraksi PKS ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap realisasi anggaran pendidikan yang hanya mencapai 16 persen. Ia mengingatkan bahwa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, seharusnya alokasi anggaran untuk pendidikan mencapai 20 persen. Iskan meminta DPR RI untuk segera menyusun dan mengirimkan surat kepada Kementerian Keuangan serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan berharap situasi serupa tidak terulang pada tahun 2025.
“Pendidikan yang baik sangat penting untuk masa depan anak-anak kita. Jika pendidikan mereka tidak optimal, mereka tidak akan menjadi generasi emas, melainkan generasi yang lemah,” pungkas legislator daerah pemilihan Sumatera Utara II tersebut. (*)
No Comments